Bintang Mulia

Cara Pengasuhan Yang Merusak Mental Anak

5 Keunggulan Utama Memilih Sekolah Online - Bintang Mulia Homeschooling

Hallo sobat Bintang Mulia …… Bukan karena kebetulan nih Anda bisa mampir di artikel ini.

Jangan buru-buru ditutup ya artikelnya. Coba deh baca dulu perlahan, pasti nanti sampai paragraf pembuka, Anda akan relate banget sama tulisan ini.

Jadi ….. kali ini kita akan membahas model pengasuhan (parenting) yang dapat merusak mental anak.

Loh, loh, loh …. kok merusak sih min. Parenting kan penuh kasih sayang. Gak mungkin lah bisa ngerusak anak.

Eits …. tunggu dulu.

Beneran deh, ada kok gaya komunikasi parenting yang ternyata malah membuat anak makin insecure. Alih-alih berkembang otak dan imajinya, tapi ini malah justru mentalnya kena.

  1. Membandingkan anak, dengan orang lain.

Kalau ini sih sudah banyak yang tahu ya, membandingkan anak itu tidak baik. Tapi …. kadang saat hati dan perasaan orang tua kalut, keceplosan dari hati “Kamu kok gak kayak Doni ya, apa-apa musti Mamah yang nyiapin” Duaaar …. keceplosan kan!!!!

2. Meremehkan kemampuan anak.

“Sudah, gak usah dilanjutin lagi, kamu gak rapi ngerjainnya.” Kalimat macam itu, akan membuat anak merasa bahwa orang tuanya tidak percaya dengan kemampuan anak. Walau ada potensi untuk gagal / tidak rapi, baiknya cara menyampaikannya yang baik ya … Dampingi anak melakukan hal tersebut, sehingga orang tua bisa ikut memberikan kontrol, potensi gagal / tidak rapi bisa diminimalisir sekaligus anak akan tahu celah kekurangan dirinya.

3. Menjelekkan anak.

“Dasar pemalas, disuruh mandi kok ada saja alesannya” Pernah mengucapkan kalimat itu ke anak. Jangan lagi ya …

4. Menggunakan anak sebagai sarana pencapaian orang tua.

“Pokoknya besok dewasa, kamu harus jadi orang kaya.” Masa depan itu sepenuhnya milik Tuhan. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang ditakdirkan. Jika orang tua terkesan memaksa kesuksesan anak, bisa jadi anak akan merasa terbebani. Yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah mendampingi anak, memberikan pengertian bahwa usaha harus maksimal, namun pada akhirnya tetap beriman atas semua tulisan Tuhan.

5. Menyuruh anak sebagai pengantar pesan.

“Bilang sama Ayahmu, jangan pulang telat lagi malam ini.” Ini akan memberikan contoh buruk pada anak, bahwa hubungan Ayah dan Ibunya tidak harmonis.

Bagaimana, diantara semua hal di atas, pasti pernah dong ….. satu atau dua terlepas dari mulut kita.

Jangan ya.

Siapa lagi ini kira-kira yang butuh tahu artikel ini.

Coba diberikan linknya ke WA pribadi, atau grup WA keluarga ya …..

Bagikan juga ke kerabat :