Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim telah mengumumkan bahwa tahun 2021 ini Ujian Nasional (UN) resmi dibatalkan. Pengumuman ini sebetulnya bukan hal baru, mengingat tahun 2020 UN sudah terlebih dahulu diumumkan batal secara mendadak karena Covid-19.
Mendikbud menyebutkan dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021, bahwa keputusan ini diambil karena angka penularan Covid-19 masih tinggi. Menurut beliau, dalam kondisi seperti saat ini, perlu diambil langkah responsif yang mengutamakan keselamatan dan keamanan lahir-batin semua warga sekolah.
Kemudian, masyarakat bertanya-tanya, jika UN batal lalu apa tes pengganti untuk syarat kelulusan?
Dikutip dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021, syarat kelulusan siswa dapat ditentukan melalui:
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran selama Covid, yang dibuktikan dengan diterbitkannya Rapor tiap semester oleh sekolah.
- Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal dengan kategori baik.
- Mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh sekolah.
Dengan adanya penjelasan tersebut, maka semua orang tua diharapkan dapat memahami situasi dan kondisi saat ini. Sudah menjadi perencanaan sejak awal, bahwa UN capaiannya bukanlah untuk mengejar angka/nilai. Namun, lebih pada evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan selama siswa berada dalam sekolah tersebut.
Namun, banyak orang tua yang masih bingung dengan hal ini. Wajar, karena terdengar aneh jika UN dihapus dan diganti dengan 3 syarat di atas, dapat dipastikan siswa akan lulus semua dan terkesan lulus dengan mudah.
Ini adalah salah satu alasan mengapa UN dihapuskan, untuk menghilangkan ketegangan psikologis siswa, dan kedepan akan difokuskan pembenahan proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah.
Kedepan, sekolah diharapkan mampu meyuguhkan proses pembelajaran yang bermakna, penuh dengan pembangunan pengelaman belajar siswa, tidak ada lagi jenis soal hafalan, dan lebih banyak pada penugasan proyek.
Pembelajaran model seperti ini sudah lama dijalankan oleh Homeschooling. Bintang Mulia Homeschooling hadir untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Moto kami, belajar dapat dilakukan di mana pun dan dengan siapapun. Nilai bukan menjadi prioritas utama, melainkan kreatifitas dan kedewasaan berpikir. Belajar secara mandiri, atau belajar dengan merdeka yang saat ini menjadi jargon pemerintah, malah seakan terkesan mengikuti kami yang ada di Homeschooling. Karena Homeschooling sejak dulu menerapkan pembelajaran yang demikian, bahkan tanpa ada arahan dari pemerintah.